Kisahnya dituturkan oleh yang memiliki akun Facebook Perdana Akhmad Lakoni pada Senin, 19 Oktober 2015
Mak… Saya minta kawin. ” Nada itu terdengar parau menyayat hati, sepasang bola mata gadis malang itu terlihat membuat lorong.
Nama gadis itu Yuli. Berwajah yang ayu terlihat muram, seakan sinar di wajahnya telah pergi berbarengan separuh hatinya yang buat ia selalu menyebut-nyebut kalimat “Mak, saya minta kawin” bak kaset rekaman yang rusak.
Terkadang, jika seorang pergi dari hidup kita ia juga membawa separuh hati kita pergi. Yuli tengah bertarung melawan kesakitan itu, meraung-raung memohon separuh hatinya kembali agar hatinya utuh. Namun, rindu Yuli seperti pungguk merindu rembulan, cinta yang telah lama ia nantikan untuk dihimpun dalam bahtera rumah tangganya kandas seketika saat ia harus menghadapi kenyataan : Lamaran kekasihnya ditolak oleh orangtuanya. Saat ini sang gadis sarjana S1 itupun menggunakan waktunya dengan kejiwaannya yang terganggu.
Saya lihat rasa sedih mendalam di dua gunakan bola mata orang-tua Yuli. Mungkin saja mereka benar-benar merasa bersalah dengan apa yang mereka perbuat. Ibu Yuli mengernyitkan dahinya, menatapku nanar dan penuh berharap lalu buka mulutnya, “Tolonglah, Ustadz… Sembuhkan anak kami, Yuli… Kami sekarang ini ikhlas dia menikah dengan siapa saja asalkan anak kami sembuh”
“Saya hanya dapat berdoa dan berikhtiar, Bu. Saya bakal cobalah meruqyah anak ibu semampu saya” jawabku tulus.
Akupun buat satu ramuan rendaman manjur dari campuran daun bidara, daun sirih, jeruk nipis yang digabung dalam seember besar air lantas meruqyahnya.
“Yuli, ke mari” Ucapku seraya menuntunnya masuk kedalam gentong berwarna merah diisi air.
Yuli menurut saja, tetapi kulihat langkah kakinya seperti mayat dalam ritual Ma’nene di Toraja. Terang sekali, ia seperti mayat jalan. Dalam hati saya membatin,
tentunya luka dalam jiwanya ini begitu dalam. Saya jadi begitu iba pada Yuli. Saat system meruqyahnya, dengan izin Allah, saya berupaya tulus ingin menyembuhkannya, ditambah orangtuanya begitu menumpukan harapannya padaku.
Berhari-hari saya meruqyahnya dengan cara berkala. Lantunan untuk lantunan ayat ruqyah kubacakan kepadanya, guyuran untuk guyuran obat herbal telah tandas untuk mengobati gadis itu. Alhamdulillah, sesudah sesi ruqyah ke sekian kalinya, waktu Yuli buka matanya setelah mengerjap-kerjap beberapa kali, tatapan matanya tidak lagi kosong. Allah telah isi kembali kehampaannya dengan kasih sayang-Nya. Muka Yuli juga menghangat dan cerah dengan semangat baru. Allah Maha Baik.
Kisahnya dituturkan oleh yang memiliki akun Facebook Perdana Akhmad Lakoni pada Senin, 19 Oktober 2015
Mak… Saya minta kawin. ” Nada itu terdengar parau menyayat hati, sepasang bola mata gadis malang itu terlihat membuat lorong.
Nama gadis itu Yuli. Berwajah yang ayu terlihat muram, seakan sinar di wajahnya telah pergi berbarengan separuh hatinya yang buat ia selalu menyebut-nyebut kalimat “Mak, saya minta kawin” bak kaset rekaman yang rusak.
Terkadang, jika seorang pergi dari hidup kita ia juga membawa separuh hati kita pergi. Yuli tengah bertarung melawan kesakitan itu, meraung-raung memohon separuh hatinya kembali agar hatinya utuh. Namun, rindu Yuli seperti pungguk merindu rembulan, cinta yang telah lama ia nantikan untuk dihimpun dalam bahtera rumah tangganya kandas seketika saat ia harus menghadapi kenyataan : Lamaran kekasihnya ditolak oleh orangtuanya. Saat ini sang gadis sarjana S1 itupun menggunakan waktunya dengan kejiwaannya yang terganggu.
Saya lihat rasa sedih mendalam di dua gunakan bola mata orang-tua Yuli. Mungkin saja mereka benar-benar merasa bersalah dengan apa yang mereka perbuat. Ibu Yuli mengernyitkan dahinya, menatapku nanar dan penuh berharap lalu buka mulutnya, “Tolonglah, Ustadz… Sembuhkan anak kami, Yuli… Kami sekarang ini ikhlas dia menikah dengan siapa saja asalkan anak kami sembuh”
“Saya hanya dapat berdoa dan berikhtiar, Bu. Saya bakal cobalah meruqyah anak ibu semampu saya” jawabku tulus.
Akupun buat satu ramuan rendaman manjur dari campuran daun bidara, daun sirih, jeruk nipis yang digabung dalam seember besar air lantas meruqyahnya.
“Yuli, ke mari” Ucapku seraya menuntunnya masuk kedalam gentong berwarna merah diisi air.
Yuli menurut saja, tetapi kulihat langkah kakinya seperti mayat dalam ritual Ma’nene di Toraja. Terang sekali, ia seperti mayat jalan. Dalam hati saya membatin,
tentunya luka dalam jiwanya ini begitu dalam. Saya jadi begitu iba pada Yuli. Saat system meruqyahnya, dengan izin Allah, saya berupaya tulus ingin menyembuhkannya, ditambah orangtuanya begitu menumpukan harapannya padaku.
Berhari-hari saya meruqyahnya dengan cara berkala. Lantunan untuk lantunan ayat ruqyah kubacakan kepadanya, guyuran untuk guyuran obat herbal telah tandas untuk mengobati gadis itu. Alhamdulillah, sesudah sesi ruqyah ke sekian kalinya, waktu Yuli buka matanya setelah mengerjap-kerjap beberapa kali, tatapan matanya tidak lagi kosong. Allah telah isi kembali kehampaannya dengan kasih sayang-Nya. Muka Yuli juga menghangat dan cerah dengan semangat baru. Allah Maha Baik.
Pada satu kesempatan khusus Yuli pada akhirnya mencurahkan isi hatinya padaku. Airmatanya meleleh seketi-ka berwajah berupaya menahan luapan emosi yang buat wajahnya merah padam.
“Ustadz, hatiku hancur sehancur-hancurnya… orangtuaku tidak menyetujuiku menikah dengan pria yang saya cintai, akhirnya entah mengapa dada ini terasa demikian nyeri, kepalaku merasa demikian sakit, dan saya kehilangan kesadaran. Saya baru tersadar kembali setelah bertemu dengan Ustaz”
Saya mengernyitkan dahiku, curahan hati Yuli terasanya menohok ulu hatiku. Saya berbisik dalam hati, Saya tidak lebih beruntung darimu, Yuli. Saya pernah suka pada seorang, tetapi belum sampai tangan ini bakal mencapainya, cintaku ia tolak mentah-mentah. Kau masihlah pernah diperjuangkannya, Yuli, hanya saja terkadang takdir memang ganas melindas harapan. Buat kita jadi menganga-ngaga mesti terima kenyataan.
Cinta memang tidak selalu usai bahagia, terkadang apabila kita begitu menghamba pada cinta manusia, kita lupa akan cinta yang hakiki, cinta pada-Nya, hingga Dia menimpakan pedihnya ditinggal cinta, agar harapan itu kembali ditumpukan kepada-Nya. Agak lama kuhabiskan saat untuk menasihati Yuli agar ia lebih kuat membenahi kembali kepingan-kepingan hatinya. Perkara patah hati memanglah tidak pernah mudah untuk diatasi.
Orang-tua Yuli mengulum senyum, terharu, sukai, dan luapan syukur terbit di muka keduanya. Anak gadisnya telah kembali menjejak bumi. Berkali-kali orang-tua Yuli menyampaikan terimakasih padaku mengantar pulangku. Sebelumnya saya meninggalkan rumahnya saya menasihati orang-tua Yuli supaya mencarikan jodoh yang dicintainya dan segera dinikahkan. Selekasnya lalu, orang tua Yuli menyelipkan amplop tidak tipis di saku bajuku dengan ketertarikan.
Duit. Uang tidak akan dapat beli cinta sejati. Biarlah cintaku terantung di langit tinggi. Ada 73 bidadari surga yang menunggu diri yang bakal memperebutkan cinta sang mujahid yang syahid. Saya ikhlas dengan cobaan di dunia ini karena jiwaku juga sesungguhnya terluka karena tak pernah berbalas cinta ini. Saya lihat arak-arak awan-gemawan sambil tutup pergumulan hati ini.
Pada satu kesempatan khusus Yuli pada akhirnya mencurahkan isi hatinya padaku. Airmatanya meleleh seketi-ka berwajah berupaya menahan luapan emosi yang buat wajahnya merah padam.
“Ustadz, hatiku hancur sehancur-hancurnya… orangtuaku tidak menyetujuiku menikah dengan pria yang saya cintai, akhirnya entah mengapa dada ini terasa demikian nyeri, kepalaku merasa demikian sakit, dan saya kehilangan kesadaran. Saya baru tersadar kembali setelah bertemu dengan Ustaz”
Saya mengernyitkan dahiku, curahan hati Yuli terasanya menohok ulu hatiku. Saya berbisik dalam hati, Saya tidak lebih beruntung darimu, Yuli. Saya pernah suka pada seorang, tetapi belum sampai tangan ini bakal mencapainya, cintaku ia tolak mentah-mentah. Kau masihlah pernah diperjuangkannya, Yuli, hanya saja terkadang takdir memang ganas melindas harapan. Buat kita jadi menganga-ngaga mesti terima kenyataan.
Cinta memang tidak selalu usai bahagia, terkadang apabila kita begitu menghamba pada cinta manusia, kita lupa akan cinta yang hakiki, cinta pada-Nya, hingga Dia menimpakan pedihnya ditinggal cinta, agar harapan itu kembali ditumpukan kepada-Nya. Agak lama kuhabiskan saat untuk menasihati Yuli agar ia lebih kuat membenahi kembali kepingan-kepingan hatinya. Perkara patah hati memanglah tidak pernah mudah untuk diatasi.
Orang-tua Yuli mengulum senyum, terharu, sukai, dan luapan syukur terbit di muka keduanya. Anak gadisnya telah kembali menjejak bumi. Berkali-kali orang-tua Yuli menyampaikan terimakasih padaku mengantar pulangku. Sebelumnya saya meninggalkan rumahnya saya menasihati orang-tua Yuli supaya mencarikan jodoh yang dicintainya dan segera dinikahkan. Selekasnya lalu, orang tua Yuli menyelipkan amplop tidak tipis di saku bajuku dengan ketertarikan.
Duit. Uang tidak akan dapat beli cinta sejati. Biarlah cintaku terantung di langit tinggi. Ada 73 bidadari surga yang menunggu diri yang bakal memperebutkan cinta sang mujahid yang syahid. Saya ikhlas dengan cobaan di dunia ini karena jiwaku juga sesungguhnya terluka karena tak pernah berbalas cinta ini. Saya lihat arak-arak awan-gemawan sambil tutup pergumulan hati ini.
from ISLAM NEWS http://www.1slam-news.gq/2017/01/merinding-kisah-seorang-gadis-cantik.html
0 Response to "((MERINDING`)) Kisah Seorang Gadis Cantik Jelita Yang Memesan Kamar Di Neraka dan Akhirnya Terkabul Juga Doanya, Merinding Bacanya!!! ... - Konsistensi Muslim"
Post a Comment
Silakan gunakan sebagai Backlink dan silahkan gunakan untuk mengisi komentar sesuka anda, karena blog ini dipastikan tidak akan saya urusin, jangan lupa download dan sebarkan pdf untuk stop isu isu yang ada, dan sebagai ganjaran silahkan posting di komentar, link aktif boleh.