Adalah Orang orang seperti AAB dan teman temannya ini

![]() |
Inilah Muka Pengadu Domba Yang Mungkin Anda Kenal - Mungkin Saja Dia Kerja bareng Anda - Atau Dia Kerja Di Anda. Laporkan Ke Polisi Sekarang Juga - Selamat Tinggal - AAB |
AAB ini memang bukanlah seorang sendiri yang mengurusi portal dakwahmedia.net yang merupakan portalberita sara - tapi dipastikan dengan mengirinya ke penjara pasti dia akan dengan senang hati menyanyi dan membokar satu persatu teman temannya disana
Dakwahmedia.net ini gambar gambarnya
![]() |
Ya kan - baru masuk saja sudah melangar UU ITE - Belum diperiksa apa apa sudah kena - pasal berlapis dah.. - Mohon tutup juga page fbnya supaya tidak buka ladang baru |
ADSENSE ( PENGHASILAN MURNI ) adalah - ca-pub-2527579359972994
Nah dari google adsense ini kita dapatkan alamat alamat lain yang juga pasti dikelola oleh mereka dibalik layar - saya kira 4 orang saja sudah cukup untuk membuat portal berita ini
sholihah.web.id , dakwahmedia.net,http://reportasedakwah.blogspot.sg/
Nah karena disitu ada situs SHOLHAH.WEB.ID - silahkan pemerintah cari KTP PENANGGUNG JAWAB, itulah orang orang dibalik layar DAKWAHMEDIA.NET selain yang sudah dijelaskan diatas. dengan gambrang - SORRY YA MAS AAB - sudah waktunya mas tobat..
Dakwah Media - Setelah Khilafah diruntuhkan, wilayahnya yang luas dikerat-kerat menjadi negara-negara kecil atas dasar nasionalisme. Umat Islam terpecah-belah dalam kungkungan negara-negara bangsa, nation-states, yang dipisahkan oleh garis pembatas yang dibuat oleh negara-negara kafir penjajah. Bahkan negara-negara yang sudah kecil dan lemah itu dipecah-belah dengan berdirinya berbagai gerakan sparatisme yang dirancang dan direkayasa kafir penjajah. Akibatnya, umat Islam menjadi umat yang lemah, tak ubahnya seperti buih di tengah lautan. Jumlahnya besar, wilayahnya luas dan kekayaan alamnya melimpah; namun tidak memiliki kekuatan, kewibawaan dan kemuliaan. Lalu demokrasi ditancapkan sekuat-kuatnya oleh Barat ke negeri-negeri Islam.
Dalam demokrasi, Para penguasa yang seharusnya menjadi pelindung rakyatnya malah bertindak sebaliknya. Mereka justru menumpahkan darah rakyat sendiri seperti dilakukan Basyar Assad di Suriah. Sejak revoulusi dikobarkan, sekitar 90 ribu nyawa melayang karena keganasannya. Di negeri ini, penguasa bisa membunuh rakyatnya yang sendiri dengan alasan terkait terorisme. Para penguasa yang seharusnya menjaga negerinya dari penjajahan justru menjadikan dirinya sebagai antek penjajah. Di Irak dan Afganistan, penguasanya bekerjasama dengan tentara Amerika memerangi rakyatnya sendiri yang berjuang mengusir negara kafir penjajah. Di negeri ini, banyak undang-undang dan kebijakan disetir oleh kekuatan asing. Kekayaan alamnya juga diserahkan kepada korporasi-korporasi asing. Pendek kata, inilah realitas umat Islam. Hidup dalam kesusahan tanpa Khilafah.
Demokrasi berasaskan empat kebebasan: kebebasan akidah, kebebasan berfikir, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan kepribadian. Demokrasi memperbolehkan seseorang untuk berkeyakinan apa saja yang dia kehendaki. Ia juga boleh mengganti agamanya sesukanya. Ia boleh mengatakan pendapat yang dia inginkan hingga meski seandainya itu menikam hal-hal yang disucikan. Ia juga boleh memiliki apa saja dengan cara halal maupun haram. Begitulah, demokrasi dengan konsep kebebasannya juga merupakan sistem yang kufur.
Demokrasi mendasarkan diri pada prinsip etnosentrisme, paham yang menganggap manusia sebagai makhluk terunggul. Padahal kenyataannya manusia adalah makhluk yang lemah. Lihatlah, bagaimana peraturan perundangan buatan manusia yang lahir dari kesepakatan-kesepakatan demokratis selalu berubah-ubah. Yang dulu dibenci sekarang disukai. Yang dulu dilarang sekarang menjadi boleh. Yang ganjil bisa berubah menjadi wajar. Yang semestinya dibenci malah disuka. Yang harusnya disuka malah dibenci.
Inti demokrasi adalah kedaulatan di tangan rakyat. Kedaulatan sendiri adalah hak untuk membuat hukum dan peraturan. Kedaulatan di tangan rakyat artinya rakyatlah yang memiliki hak membuat hukum dan peraturan. Pelaksanaan riilnya, dibuatlah konsep perwakilan. Rakyat memilih wakil mereka untuk duduk di parlemen. Parlemen diberi kekuasaan legislatif untuk membuat peraturan perundangan. Asumsinya, para wakil rakyat terpilih akan mewakili suara dan kehendak rakyat dan bertindak demi kepentingan rakyat. Karena itu, sistem seperti itu harus segera kita campakkan. Sebagai gantinya, kita harus segera menerapkan sistem Islam di bawah sistem Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Niscaya kehidupan yang sesungguhnya akan kita dapatkan di dunia dan akhirat.
- VIA - http://www.dakwahmedia.net/2017/02/etnosentrisme-demokrasi.html ON - February 11, 2017 at 12:12AM
Dalam demokrasi, Para penguasa yang seharusnya menjadi pelindung rakyatnya malah bertindak sebaliknya. Mereka justru menumpahkan darah rakyat sendiri seperti dilakukan Basyar Assad di Suriah. Sejak revoulusi dikobarkan, sekitar 90 ribu nyawa melayang karena keganasannya. Di negeri ini, penguasa bisa membunuh rakyatnya yang sendiri dengan alasan terkait terorisme. Para penguasa yang seharusnya menjaga negerinya dari penjajahan justru menjadikan dirinya sebagai antek penjajah. Di Irak dan Afganistan, penguasanya bekerjasama dengan tentara Amerika memerangi rakyatnya sendiri yang berjuang mengusir negara kafir penjajah. Di negeri ini, banyak undang-undang dan kebijakan disetir oleh kekuatan asing. Kekayaan alamnya juga diserahkan kepada korporasi-korporasi asing. Pendek kata, inilah realitas umat Islam. Hidup dalam kesusahan tanpa Khilafah.
Demokrasi berasaskan empat kebebasan: kebebasan akidah, kebebasan berfikir, kebebasan kepemilikan, dan kebebasan kepribadian. Demokrasi memperbolehkan seseorang untuk berkeyakinan apa saja yang dia kehendaki. Ia juga boleh mengganti agamanya sesukanya. Ia boleh mengatakan pendapat yang dia inginkan hingga meski seandainya itu menikam hal-hal yang disucikan. Ia juga boleh memiliki apa saja dengan cara halal maupun haram. Begitulah, demokrasi dengan konsep kebebasannya juga merupakan sistem yang kufur.
Demokrasi mendasarkan diri pada prinsip etnosentrisme, paham yang menganggap manusia sebagai makhluk terunggul. Padahal kenyataannya manusia adalah makhluk yang lemah. Lihatlah, bagaimana peraturan perundangan buatan manusia yang lahir dari kesepakatan-kesepakatan demokratis selalu berubah-ubah. Yang dulu dibenci sekarang disukai. Yang dulu dilarang sekarang menjadi boleh. Yang ganjil bisa berubah menjadi wajar. Yang semestinya dibenci malah disuka. Yang harusnya disuka malah dibenci.
Inti demokrasi adalah kedaulatan di tangan rakyat. Kedaulatan sendiri adalah hak untuk membuat hukum dan peraturan. Kedaulatan di tangan rakyat artinya rakyatlah yang memiliki hak membuat hukum dan peraturan. Pelaksanaan riilnya, dibuatlah konsep perwakilan. Rakyat memilih wakil mereka untuk duduk di parlemen. Parlemen diberi kekuasaan legislatif untuk membuat peraturan perundangan. Asumsinya, para wakil rakyat terpilih akan mewakili suara dan kehendak rakyat dan bertindak demi kepentingan rakyat. Karena itu, sistem seperti itu harus segera kita campakkan. Sebagai gantinya, kita harus segera menerapkan sistem Islam di bawah sistem Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Niscaya kehidupan yang sesungguhnya akan kita dapatkan di dunia dan akhirat.
Oleh: A. R. Zakarya - Syabab HTI Jombang
0 Response to "Etnosentrisme Demokrasi - Dakwah Islami"
Post a Comment
Silakan gunakan sebagai Backlink dan silahkan gunakan untuk mengisi komentar sesuka anda, karena blog ini dipastikan tidak akan saya urusin, jangan lupa download dan sebarkan pdf untuk stop isu isu yang ada, dan sebagai ganjaran silahkan posting di komentar, link aktif boleh.